Pakaian Adat Suku Mandar
Suku Bangsa Mandar terbilang penduduk asal di propinsi Sulawesi Selatan/Barat, dan mempunyai peranan sama pentingnya dengan tiga suku bangsa lainnya yaitu Bugis, Makassar dan Toraja. Orang-orang Mandar menempati wilayah administratif kabupaten Mamuju, kabupaten Majenen dan kabupaten Polewali Mamasa (Polmas). Menurut catatan sejarah, pada abad ke-XV wilayah Mandar ini meliputi Kerajaan Balanipa, Majeng, Pembauang dan Cenrana di pantai utara Teluk Mandar, serta wilayah di bagian utara Selat Makassar. Jadi tidak mengherankan apabila masyarakat suku bangsa Mandar mempunyai tradisi berbusana yang sangat indah dan mencerminkan kebesaran suku ini di masa silam.
Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Mandar sangat memperhatikan ketentuan adat dan tradisi yang telah dijalani selama berabad-abad lamanya. Salah satu contoh yang tetap bertahan hingga kini antara lain adalah tata cara berbusana. Masyarakat Mandar sangat membedakan busana untuk anak-anak, remaja dan orang tua, begitu pula busana rakyat biasa dengan kalangan bangsawan akan berbeda.
Pakaian Adat Pria Mandar
Suku Bangsa Mandar terbilang penduduk asal di propinsi Sulawesi Selatan/Barat, dan mempunyai peranan sama pentingnya dengan tiga suku bangsa lainnya yaitu Bugis, Makassar dan Toraja. Orang-orang Mandar menempati wilayah administratif kabupaten Mamuju, kabupaten Majenen dan kabupaten Polewali Mamasa (Polmas). Menurut catatan sejarah, pada abad ke-XV wilayah Mandar ini meliputi Kerajaan Balanipa, Majeng, Pembauang dan Cenrana di pantai utara Teluk Mandar, serta wilayah di bagian utara Selat Makassar. Jadi tidak mengherankan apabila masyarakat suku bangsa Mandar mempunyai tradisi berbusana yang sangat indah dan mencerminkan kebesaran suku ini di masa silam.
Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Mandar sangat memperhatikan ketentuan adat dan tradisi yang telah dijalani selama berabad-abad lamanya. Salah satu contoh yang tetap bertahan hingga kini antara lain adalah tata cara berbusana. Masyarakat Mandar sangat membedakan busana untuk anak-anak, remaja dan orang tua, begitu pula busana rakyat biasa dengan kalangan bangsawan akan berbeda.
Pakaian Adat Pria Mandar
(http://kampung-mandar.web.id)
Pakaian adat pria Mandar lebih sederhana karena hanya terdiri dari baju jas tutup terbuat dari bahan sutera bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah. Paduannya kain sarung tenun Mandar atau seringkali ada yang memakai celana panjang kemuidian ditutup dengan sarung hingga sebatas lutut. Untuk penututp kepala, pria Mandar menggunakan kopiah atau lazim disebut songkok tobone dengan warna yang serasi antara baju bagian atas dengan jas atau sarungnya.
Pria Mandar melengkapi busananya dengan melekatkan rantai emas yang diberi liontin atau medalion dari taring macan bahkan bisa juga terbuat dari taji ayam. Hiasan tersebut diselipkan sebagian di saku jas tutupnya dan sebagian lagi dibiarkan menjuntai ke luar. Alas kaki yang dipakai biasanya sepatu pantovel atau sandal yang dibuat dari kulit.
Pakaian Adat Wanita Mandar
(http://polewalicollection.wordpress.com)
Pakaian adat wanita Pattuqduq Towaine
(http://kacomandar.blogspot.com)
Banyak Literatur-literatur tentang pakaian adat di mandar, tetapi sedikit yang kemudian mendetail, namanya apa, dipakainya untuk siapa dan lain sebagainya. Busana yang dipakai Pattuqdu Towaine itu mencerminkan busana yang dipakai oleh perempuan mandar pada umumnya. Menurut penelitian yang dilakukan Desember 2013 lalu di Banggae majene, bahwa banyak kemudian Pattuqdu-pattuqdu sekarang ini yang menyalahi aturan, bahkan ada yang pakai Busana orang kawin untuk menarikan pakaian Pattuqdu. Idealnya Busana pattuqdu itu ( belum masuk baju pokko dan Sarung sutra khas mandar ) idealnya 18 potong, dan Busana untuk orang yang menikah adalah 24 potong. Berikut ini adalah detail busana Pattuqdu Towaine.
A. Busana yang dikenakan oleh Pattuqduq Towaine terdiri dari :
- Baju Rawang Boko atau bisa juga Baju Pokkoq
- Lipaq Saqbe mandar (sarung Sutra Asli mandar) yang terdiri dari berbagai macam corak seperti : Sureq maraqdia (Corak Raja), Sureq Pangulu (Corak Penghulu), Sureq Batu Dadzima (Corak Biji Delima), Sureq Puang Limboro (Corak Pappuangang limboro), Sureq Puang lembang) dll. Di mandar masih banyak corak-corak lainnnya, dapat dipakai dalam berbagai acara dan semua golongan namun sesuai Klasifikasi corak
- Lipaq Aqdi Diratte (Sarung khas yang pakai rantai) dengan warna yang dominan kuning langsat atau tergantung selera pemakainya, Lipaq Aqdi Diratte dipakai oleh tingkatan Tau Pia (manusia pilihan/orang pilihan), Tau Pia Naqe (manusia pilihan/orang pilihan campuran bangsawan ), dan bangsawan biasa (bukan bangsawan tinggi)
- Lipaq Aqdi Diratte Duattodong ( terdiri dari dua susun sarung pakai pinggir bawah) Warna kuning langsat atau variasi sesuai dengan selera, namun ini hanya dapat dikenakan oleh bangsawan tinggi atau sederajat
Bunga Penghias kepala yang bervariasi dikenakan oleh para penari pattuqdu maupun yang dikenakan olwh pemakai busana Pattuqdu adalah sebagai berikut :
- Jika bunga berjumlah tiga (3) yang dikenakan disamping kiri dan kanan
- Jika bunga hanya terdiri dari 1 pasang dan dikenakan pada bagaian kiri dan kanan menghadap kedepan, ini dikenakan oleh golongan Tau Pia Tongan, Tau Pia Naqe dan bangsawan biasa
- Masih berjumlah 2 (dua) atau sepasang, namaun saling berhadapan ini dapat dipakai oleh semuan tingkatan Bangsawan dan Tau Pia
- Masih berjumlah dua (2) atau sepasang, tetapi dikenakan secara bersamaan menghadap kesampimg, maka ini dipakai olah golongan Tau Pia biasa atau yang sedrajat
- Sedangkan bunga yang hanya satu (1) buah dikenakan menyamping, maka hal ini dapat dapat dipakai oleh semua golongan yang ada dimasyarakat
- Bunga yang melingkar (bandol) disebut Gal (terbuat dari logam mulia) dipakai khusus anak raja atau golongan bangsawan tinggi. Tapi ada juga yang tebuan dari untaian bunga melati ( beru-beru ) itu dipakai oleh golongan masyarakat
- Dali ( Anting-anting khas ) biasa juga disebut Subang
Dali ini dipakai oleh semua golongan, namun apabila dali ini ditambah hiasan yang terurai dibawahnya berbentuk hiasan yang terbuat dari emas atau perak disebut Bakkar, maka ini ditandai bahwa pemakai adalah dari golongan bangsawan dan Golongan Tau Pia Tongang serta Tau Pia Naqe dan jika pemakainya memakai Panesser, maka ini ditandai bahwa yang memakai adalah anak raja atau sederajat.
C. Perhiasan di Badan
Adapun perhiasannyang dipakai setelah menganakan baju Pattuqdu terdiri dari :
1. Kawari (perisai khas) yang berjumlah 4 yang diapakai disamping kiri dan kanan ( sekitaran pinggul ) dan sepan belakang sekitaran pusar, ini hanya digunakan olah golongan anak raja dan bangsawan tinggi sederajat. Dan jika dikenakan hanya 2 yaitu bagian depan dan belakang maka ditandai bahwa si pemakai berasal dari golongan Tau Pia Beasa atau yg sederajat, tapi jika dikanekan hanya 1 buah saja yaitu dibagaian belakang, maka ini dapat dipakai oleh semua golongan dan tingkatan
2. Tombi Diana (Rantai khas yang terdiri dari rangkaian ringgit, tali uang loga zaman dulu) dipakai oleh semua golongan dan tingkatan
3. Tombi Sare-sare (hiasan yang terbuat dari kain segi 4 berwarna merah dan hijau dihiasi dengan emas atau perak tersusun dengan jumlah 9) dapat digunakan oleh semua golongan dan tingkatan
4. Tombi Tallu, Tombi Aqdi (Tombi khas 3 macam) yang terdiri dari 3 macam yaitu :
a. Tombi Buqang
b. Tombi maqel
c. Tombi Cucur
Ketiganya bisa dipakai oleh semua Golongan dan tingkatan.
D. Perhiasan di tangan
- Gallang Balleq (Gelang) berukuran 15 samapai di kedua 20 cm. Dipakai dikedua tangan dan dapat digunakan oleh semua Golongan dan tingkatan
- Poto (gelang kecil) dikenakan dikedua lengan yang mengapit gelang besardan dapat dikenakan disemua golongan dan tingkatan
- Jima Salletto, yang di ikatkan pada bahu lengan kiri kanan dapat dikenakan oleh semua Golongan dan tingkatan
- Teppang, di ikatkan dibawah Jima Salletto dan dapat digunakan oleh semua Golongan dan Tingkatan
- Jima maborong, pengganti Jima Salletto jika yang mengenakan adalah orang dari golongan bangsawan tinggi atau sederajat
- Kaliki (Ikat Pinggang) dapat dipakai oleh semua golongan dan tingkatan, merupakan pelengkap bagi Pattuqdu yang memakai kipas, maupun yang tidak. Terkecuali bagi pattuqdu Denggo dan pattuqdu Tommuane
- Sima-simang, Gelang yang bulirannya sebesar kelereng dan berjumlah 8, dipakai oleh semua golongan dan tingkatan.
Tidak hanya terbatas pada baju adat yang dikenakan dalam pertunjukan tari, Sulawesi Barat juga terkenal dengan tenun
ikat tradisional sekomandi yang telah berusia ratusan tahun dan terus
dikembangkan oleh masyarakat adat Kalumpangan hingga saat ini. Bagi
masyarakat setempat, kain tenun sekomandi banyak dimanfaatkan untuk membuat pakaian, selendang, hingga taplak meja.
Sumber : http://www.4shared.com/
Tenun
tradisional sekomandi diciptakan dari kulit kayu yang diproses dengan
cara ditumbuk kemudian diolah untuk dipintal. Untuk mempercantik
penampilan, bahan
tersebut selanjutnya diberi pewarna alami salah satunya dari tanaman
cabai yang terlebih dahulu di racik kemudian di campurkan dengan corak
warna lainnya.
Sumber : https://kappungberuberu.wordpress.com
Sumber : http://beautiful-indonesia.umm.ac.id/
http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2014/09/pakaian-adat-sulawesi-selatan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar