Pakaian adat tradisional masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari seperangkat pakaian adat tradisional yang memiliki unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan dikenakan, di mana dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Gaya Solo Basahan merupakan Adat Solo/Surakarta yang
mengambarkan gaya busana keraton kasunanan Surakarta itu sendiri. Riasan
dahi atau yang sering di sebut paes adalah sebuah simbol kecantikan dan
menunjukan kedewaan pengantin wanita tersebut. Dengan bentuk alis
bercabang seperti tanduk rusa serta paes yang terdiri dari 4
cengkorongan yang berwarna hijau merupakan khas dari rias Pengantin Basahan Gaya solo.
Sedangkan di sisi pengantin Pria juga menggambarkan raja gaya Kasunanan
Surakarta di mana yang menggunakan Kuluk dan di sebelah telingga
tedapat kuncup melati serta Keris sebagai simbol seorang Pria yang
tauladan dan mampu menjadi kepala rumah tangga.
Mempelai pria mengenakan kain dodotan
dilengkapi dengan baju Takwa yakni semacam baju beskap yang dulu hanya boleh
dipergunakan oleh Ingkang Sinuhun saja.
Untuk mempelai
wanita memakai kain kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero potongan pendek
berlengan panjang dari bahan beludru sebagai penutup pundak dan dada
Sumber :
http://tasik-cyber.blogspot.com/2014/08/gambar-dan-nama-pakaian-adat.html
http://wawanplaza.com/gaya-penikahan-basahan-solo-dan-paes-ageng-yogya.html
http://azharmind.blogspot.com/2012/12/pakaian-pengantin-adat-jawa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar